Senin, 15 Desember 2014

artikel "kenalkan anak sejak dini"



Saat ini telah maraknya kasus yang muncul dalam kehidupan manusia , yaitu lagi-lagi kasus pelecehan terhadap penerus bangsa. Bahkan banyak kasus ini terjadi di dalam dunia Pendidikan dan yang sangat mencengangkan baru-baru ini  terjadi sebuah kasus pelecehan terhadap seorang anak dibawah umur yang masih polos. Seorang dewasa yang seharusnya membimbing anak dibawah umur ke dalam sifat yang positif bukan malah mempraktekkan hal yang negatif terhadap anak dibawah umur , apalagi mereka adalah generasi bangsa ini.
Salah satu faktor mengapa orang dewasa kerap memangsa anak dibawah umur sebagai sasaran mereka untuk melakukan pelecehan seksual adalah tidak lepas dari peran Lingkungan yang membuat pelaku melakukan hal keji itu terhadap anak di usia dini. Lihat saja tidak jarang media telivisi menayangkan film-film dewasa yang mengumbar-ngumbarkan auratnya, atau yang sering  adalah menonton video porno yang sekarang mudah didapatkan di internet, dan tidaktauan seorang anak apa itu seksual. Semua itu yang membuat seorang dewasa dapat membangkitkan atau merangsang hawa nafsu mereka sampai timbul perasaan untuk melampiaskan perbuatan itu dan bahkan sampai berujung pada perbuatan tersebut dan anak di bawah umurlah jadi sasaran mereka. Padahal kekerasan seksual yang terjadi pada masa anak-anak merupakan suatu peristiwa yang membawa dampak negatif pada kehidupan korban dimasa dewasanya kelak. Seperti depresi, kegelisahan dan bahkan stres pascatrauma.
Pada masalah ini dibutuhkan banyak perhatian dari guru dan khususnya dari orang tua yang secara langsung dekat dengan anak diusia dini. Adapun beberapa yang diajarkan ke anak di usia dini tentang pendidikan seksual, seperti: 1. Mengenalkan pada anak perbedaan lawan jenisnya , dengan cara : cara berpakaian, cara buang air kecil , gaya rambut. Tegaskan pada anak agar anak tidak boleh mempertontonkan alat kelaminnya secara sembarang. Tumbuhkan rasa malu pada anak usia dini sejak sekarang.
 Dan beberapa perkembangan anak yang diajarkan kepada anak, yaitu : Pada usia 6 Tahun ke bawah, anak sudah mulai memiliki kemampuan mengenali dan membedakan jenis kelamin. Pada usia ini orang tua jangan ragu untuk memperkenalkan alat kelamin si anak, dan waktu yang tepat untuk memperkenalkannya saat memandikannya. Namun orang tua jangan terlalu detail membahas mengenai jenis kelamin ke anak. Dan orang tua juga diharapkan jangan memaksa seorang anak untuk memeluk atau mencium orang lain bila dia tidak menginginkannya. Disini lah seorang anak dapat belajar untuk penolakan hal apa yang tidak dia inginkan, karena tidak menutup kemungkinan pelaku pelecehan terhadap anak adalah keluarga terdekat dia.
Pada usia 6-12 tahun ; pada usia ini lah anak-anak menjadi sasaran korban pelecehan dari orang dewasa , karena ketiktauan atau kepolosan seorang anak sehingga mudah pelaku melakukannya dan setelah itu pelaku tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. Di usia ini juga orang tua mengajarkan rasa keterbukaan komunikasi agar melaporkan ke orang tua jika orang dewasa mengancam untuk menghukumnya bila si anak menolak untuk melakukan hal-hal yang tidak nyaman bagi si anak.
Pada usia 12-14tahun , usia pada saat ini adalah saat dimana anak mulai menjelang masa pubertas, ajarkanlah pada anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang akan mereka alami. Pada usia ini juga seorang anak dapat diberitahukan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana cara kerjanya. Beritahukan pada anak segala macam konsekuensinya bila seorang anak melakukan hubungan seksual. Dan bila remaja wanita memiliki seorang pacar dan pacarnya meminta melakukan hubungan seksual , segeralah menolaknya , bukan bertanda sang remaja wanita tidak mencintainya, justru apabila seorang pacar marah karena tidak dituruti kemauannya berarti dia tidak mencintai remaja wanita tersebut.
Pada usia 15-17 Tahun , dimana pada usia ini seorang remaja banyak mengalami perubahan, peran orang tua di usia ini adalah mampu memberikan penjelasan mengenai kerugian hubungan seksual misalnya penyakit yang ditularkan apabila dia melakukan hubungan seksual. Orang tua dapat memberikan anak buku tentang pendidikan seksual , namun harus dibimbing dengan orang tua . dan hati-hati anak menonton acara di televisi yang mungkin banyak menanyangkan adegan kekerasan seksual.
Peran sekolah dalam mengahadapi masalah ini adalah pendidikan seksual pada anak-anak usia SD dapat dilakukan bersamaan dengan pembelajaran IPA yang diajarkan oleh guru. Disela-sela mengajarkan ilmu pengetahuan tersebut bisa juga sambil memasukkan pendidikan moral. Untuk anak SD kelas 5 dan 6 dapat diberikan pengajaran apa itu haid pada seorang wanita dan mimpi basah untuk laki-laki. Pada saat memasuki jenjang SMP sudah mendalami pelajaran reproduksi yang lebih mudah diberikan , beserta dampak-dampak jika terjadi penyimpangan seksual. Dan peranan sekolah juga mengikut sertakan siswa siswinya mengikuti seminar tentang kesehatan reproduksi. Pada saat memasuki jenjang SMA lebih mempelajari secara mendalam yang telah diketahui pada saat SD dan SMA , seperti mempelajari bahaya penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS mengetahui tubuh manusia yang paling berharga.
Dengan demikian , peranan sekolah dalam memberikan pendidikan seksual merupakan suatu tanggung jawab bagi perkembangan anak, dan peran sekolah harus mengerti bahwa sekolah itu institut yang bersifat komplementer. Dan peran orang tua sangat diperlukan sebelum ada penyesalan dikemudian hari dan yang terpenting adalah orang tua meluangkan waktu untuk menyampaikan pendidikan seksual dengan santai, perhatikan juga karakter yang dimiliki anak.
Maka dari itu “yuk” orang tua dan guru disekolah kenalkan anak tentang pendidikan seksual sejak dini sebelum penyesalan terjadi, jangun ragu untuk mengenalkan anak tentang pendidikan seksual, karena anak juga manusia yang besar keingintahuan mereka, tidak ada salahnya jika kita mengenalkan hal itu, sebab dia juga harus tahu organ-organ tubuh mereka yang harus dilindungi dan berharga untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar