Saat
ini telah maraknya kasus yang muncul dalam kehidupan manusia , yaitu lagi-lagi
kasus pelecehan terhadap penerus bangsa. Bahkan banyak kasus ini terjadi di
dalam dunia Pendidikan dan yang sangat mencengangkan baru-baru ini terjadi sebuah kasus pelecehan terhadap
seorang anak dibawah umur yang masih polos. Seorang dewasa yang seharusnya
membimbing anak dibawah umur ke dalam sifat yang positif bukan malah
mempraktekkan hal yang negatif terhadap anak dibawah umur , apalagi mereka
adalah generasi bangsa ini.
Salah
satu faktor mengapa orang dewasa kerap memangsa anak dibawah umur sebagai
sasaran mereka untuk melakukan pelecehan seksual adalah tidak lepas dari peran
Lingkungan yang membuat pelaku melakukan hal keji itu terhadap anak di usia
dini. Lihat saja tidak jarang media telivisi menayangkan film-film dewasa yang
mengumbar-ngumbarkan auratnya, atau yang sering
adalah menonton video porno yang sekarang mudah didapatkan di internet,
dan tidaktauan seorang anak apa itu seksual. Semua itu yang membuat seorang
dewasa dapat membangkitkan atau merangsang hawa nafsu mereka sampai timbul
perasaan untuk melampiaskan perbuatan itu dan bahkan sampai berujung pada
perbuatan tersebut dan anak di bawah umurlah jadi sasaran mereka. Padahal
kekerasan seksual yang terjadi pada masa anak-anak merupakan suatu peristiwa
yang membawa dampak negatif pada kehidupan korban dimasa dewasanya kelak.
Seperti depresi, kegelisahan dan bahkan stres pascatrauma.
Pada
masalah ini dibutuhkan banyak perhatian dari guru dan khususnya dari orang tua
yang secara langsung dekat dengan anak diusia dini. Adapun beberapa yang
diajarkan ke anak di usia dini tentang pendidikan seksual, seperti: 1.
Mengenalkan pada anak perbedaan lawan jenisnya , dengan cara : cara berpakaian,
cara buang air kecil , gaya rambut. Tegaskan pada anak agar anak tidak boleh
mempertontonkan alat kelaminnya secara sembarang. Tumbuhkan rasa malu pada anak
usia dini sejak sekarang.
Dan beberapa perkembangan anak yang diajarkan
kepada anak, yaitu : Pada usia 6 Tahun ke bawah, anak sudah mulai memiliki
kemampuan mengenali dan membedakan jenis kelamin. Pada usia ini orang tua
jangan ragu untuk memperkenalkan alat kelamin si anak, dan waktu yang tepat
untuk memperkenalkannya saat memandikannya. Namun orang tua jangan terlalu
detail membahas mengenai jenis kelamin ke anak. Dan orang tua juga diharapkan
jangan memaksa seorang anak untuk memeluk atau mencium orang lain bila dia
tidak menginginkannya. Disini lah seorang anak dapat belajar untuk penolakan hal
apa yang tidak dia inginkan, karena tidak menutup kemungkinan pelaku pelecehan
terhadap anak adalah keluarga terdekat dia.
Pada
usia 6-12 tahun ; pada usia ini lah anak-anak menjadi sasaran korban pelecehan
dari orang dewasa , karena ketiktauan atau kepolosan seorang anak sehingga
mudah pelaku melakukannya dan setelah itu pelaku tidak bertanggung jawab atas
perbuatannya. Di usia ini juga orang tua mengajarkan rasa keterbukaan
komunikasi agar melaporkan ke orang tua jika orang dewasa mengancam untuk menghukumnya
bila si anak menolak untuk melakukan hal-hal yang tidak nyaman bagi si anak.
Pada
usia 12-14tahun , usia pada saat ini adalah saat dimana anak mulai menjelang
masa pubertas, ajarkanlah pada anak bagaimana menyikapi menstruasi ataupun
mimpi basah yang akan mereka alami. Pada usia ini juga seorang anak dapat
diberitahukan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana cara kerjanya.
Beritahukan pada anak segala macam konsekuensinya bila seorang anak melakukan
hubungan seksual. Dan bila remaja wanita memiliki seorang pacar dan pacarnya
meminta melakukan hubungan seksual , segeralah menolaknya , bukan bertanda sang
remaja wanita tidak mencintainya, justru apabila seorang pacar marah karena
tidak dituruti kemauannya berarti dia tidak mencintai remaja wanita tersebut.
Pada
usia 15-17 Tahun , dimana pada usia ini seorang remaja banyak mengalami
perubahan, peran orang tua di usia ini adalah mampu memberikan penjelasan
mengenai kerugian hubungan seksual misalnya penyakit yang ditularkan apabila
dia melakukan hubungan seksual. Orang tua dapat memberikan anak buku tentang
pendidikan seksual , namun harus dibimbing dengan orang tua . dan hati-hati
anak menonton acara di televisi yang mungkin banyak menanyangkan adegan
kekerasan seksual.
Peran
sekolah dalam mengahadapi masalah ini adalah pendidikan seksual pada anak-anak
usia SD dapat dilakukan bersamaan dengan pembelajaran IPA yang diajarkan oleh
guru. Disela-sela mengajarkan ilmu pengetahuan tersebut bisa juga sambil
memasukkan pendidikan moral. Untuk anak SD kelas 5 dan 6 dapat diberikan
pengajaran apa itu haid pada seorang wanita dan mimpi basah untuk laki-laki.
Pada saat memasuki jenjang SMP sudah mendalami pelajaran reproduksi yang lebih
mudah diberikan , beserta dampak-dampak jika terjadi penyimpangan seksual. Dan
peranan sekolah juga mengikut sertakan siswa siswinya mengikuti seminar tentang
kesehatan reproduksi. Pada saat memasuki jenjang SMA lebih mempelajari secara
mendalam yang telah diketahui pada saat SD dan SMA , seperti mempelajari bahaya
penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS mengetahui tubuh manusia yang paling
berharga.
Dengan
demikian , peranan sekolah dalam memberikan pendidikan seksual merupakan suatu
tanggung jawab bagi perkembangan anak, dan peran sekolah harus mengerti bahwa
sekolah itu institut yang bersifat komplementer. Dan peran orang tua sangat
diperlukan sebelum ada penyesalan dikemudian hari dan yang terpenting adalah
orang tua meluangkan waktu untuk menyampaikan pendidikan seksual dengan santai,
perhatikan juga karakter yang dimiliki anak.
Maka
dari itu “yuk” orang tua dan guru disekolah kenalkan anak tentang pendidikan
seksual sejak dini sebelum penyesalan terjadi, jangun ragu untuk mengenalkan
anak tentang pendidikan seksual, karena anak juga manusia yang besar
keingintahuan mereka, tidak ada salahnya jika kita mengenalkan hal itu, sebab
dia juga harus tahu organ-organ tubuh mereka yang harus dilindungi dan berharga
untuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar