Salah
satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak
dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh
karenanya , sebagai calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip belajar yang
dapat membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.
Dalam
perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkapkan
batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran,
pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam
memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang
kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar
siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
A.
Prinsip-prinsip
Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang
dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan ahli yang lain memiliki persamaan
dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa
prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajaranya
maupun guru bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu
berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan pengauatan, serta
perbedaan individual.
1. Perhatian
dan motivasi
Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada sisw apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Disamping
perhatian, motivasi mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang miliki minat terhadap
sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan
demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
2. Keaktifan
Kecenderungan
psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu , mempunyai kemauan dan inspirasinya
sendiri. Belajar tidak dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri. Menurut teori Kignitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Thorndike mengemukakan keaktifan
siswa dalam belajar dengan hukum “law of
exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan.
3. Keterlibatan
Langsung/ Berpengalaman
Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan
diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah
keterlibatan mental emosional, kelerlibatan dengan kognitif dalam pencapaian
dan perolehan pengetahuan , dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai
dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Dalam
belajar masih tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping
adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan.
5. Tantangan
Tantangan
yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertangtanf untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.
6. Balikan
Apabila
hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
bagi usaha belajar selanjutnya. Sebaliknya ,anak yang mendapatkan nilai yang
jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak
naik kelas ia belajar keras. Disini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas
juga bisa mendorong anak belajar giat, inilah yang disebut penguatan negatif.
7. Perbedaan
Individu
Siswa
merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua siswa yang sama persis, tiap
siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan individual ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu
perlu diperhatikan oleh guru dalam uapaya pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar